Sabtu, 28 November 2015
PROM NIGHT HOROR
Hai min, nama gue Frimawan. Gue mau ceritain pengalaman gue waktu lagi ngurusin kegiatan prom night di sekolah gue beberapa tahun yang lalu.
Saat itu gue sebagai mantan ketua osis yang kebetulan ditunjuk jadi ketua panitia prom night untuk angkatan gue. Beberapa orang pun udah gue tunjuk sebagai panitia, salahtiganya adalah sahabat gue, yaitu Afif, Irwin, dan Rere.
Singkat cerita, persiapan prom night udah berjalan 95% setelah hampir sebulan kami bekerja. Dan malam itu–dua hari sebelum acara–gue dan seluruh panitia diharuskan bermalam di sekolah. Tahun lalu (dan memang tiap tahun) acara prom night sekolah selalu diadakan di Gedung serbaguna tapi tahun ini kepala sekolah melarang. Walhasil, 2014, prom night diadakan di ruang aula di sekolah. Kami membawa seluruh atribut yang akan digunakan untuk menghias ruang aula alakadarnya itu.
Malam itu, gue bareng Afif dan 5 panitia lain sibuk ngehias aula. Sedangkan Irwin dan Rere dapat jatah mengurusi bagian sound. Dan sekitar beberapa jam kemudian, kami hampir selesai dan menyudahi kegiatan hari itu agar dilanjutkan siang hari. Saat itu jam 2 pagi, beberapa panitia ada yang sudah pulas beralaskan karton-karton sisa, tapi gue dan Afif masih terjaga. Kami masih sibuk mengobrol bahkan cekikikan sendiri. Sampai tiba-tiba lagu Laluna – Selepas Kau Pergi mengalun di speaker pojok aula. Lagu itu terdengar cukup jelas dan.. parau. Bukan, ini bukan suara vokalis Laluna yang gue tau. Suaranya lebih mendayu, berat, dan lebih sedih. Gue dan Afif tatap-tatapan, sepertinya kami ngerti kalo pikiran kami sama. Entah kenapa bulu kuduk gue merinding parah.
Beberapa detik kami tatap-tatapan, lagunya mati. Ruang aula kembali hening, tapi suasananya udah beda. Ngga lama, gue bbm Irwin dan Eme yang seinget gue ada di ruang audio.
“Sial, ngga deliv” ungkap gue pas liat notif chat bbm cuma ceklis.
Akhirnya karena nihil, gue sama Afif milih untuk ngobrol lagi. Ngilangin rasa takut. Tapi si Afif ini kampret juga ternyata, karena tiba-tiba dia nyeletuk.
“Wan, gue dulu pernah denger kalo di ruang aula ada yang bunuh diri.” kata Afif sambil ngelirik tajam ke arah gue
“Sialan lo, ngga usah macem-macemlah” gue kesel setengah mati.
“Serius. Makanya di pintu ada bekas kayu gede dipaku permanen kan? Gue denger sih wak–”
“Diem, diem. Gue kebelet, pengen buang air kecil.”
“Mau gue anterin gak?” tanya Afif ngeledek
“Untung lo nanya,” gue bangun dari duduk. “Iya, ayo anterin gue. Tanggung jawab lo bikin gue parno”
Dengan malu gue akuin, gue itu parnoan banget. Apalagi setelah Afif ngasih tau cerita yang entah bener atau engga itu di aula. Akhirnya gue jalan ke arah kamar mandi yang jaraknya jauh banget dari aula. Mesti muterin lorong sekolah dulu. Pas sampe, Afif ikut masuk. Katanya mau buang air kecil juga.
Kami pun masuk dan.. ya buang air kecil. Begonya ini si Afif malah lanjutin cerita yang di aula tadi.
“Iya, Wan, jadi katanya dulu ada yang bunuh diri di aula.” Afif memulai pembicaraan
“Ceritanya udah lama banget. Belasan tahun yang lalu. Korbannya murid disini, Wan”
“Tapi mereka pasti ngga pernah ngomongin ini tengah malem di kamar mandi sekolah, Fif”
“Nah kita kebetulan disini. Mau ngomongin yang bunuh diri di—”
Omongan Afif berhenti. Suasana kamar mandi berubah, panas banget. Dan tiba-tiba, diatas gerbang penutup kamar mandi, terlihat sosok seorang cewek yang duduk diatasnya. Kakinya ngegantung, pucet. Nadi tangan kirinya seperti diiris, darah mengucur darisana. Dia pake seragam sekolah lusuh. Rambutnya kotor dan keliatan gendel banget.Kami ngga bisa gomong apa-apa. Kaget sob. Sepersekian detik, (dengan kampretnya) cewek itu bersuara. Gue masih inget dia cuma ngomong gini, “Dibunuh..” kemudian menyingkap rambut yang nutupin mukanya. Kali ini mukanya keliatan jelas. Darah memenuhi kening dan mukanya yang udah membiru. Urat wajahnya keliatan jelas. Ngga lama, matanya membelalak! Ia ngeliat ke arah kami. Kemudian.. bola matanya memutar. Kamar mandi mulai dipenuhi bau busuk yang amat sangat.
Afif terdengar membaca ayat-ayat yang ia tau dengan tergagap, sedangkan gue sibuk nyebut nama Tuhan sampe merem melek berharap sosok itu hilang. Gue merem beberapa detik. Pas gue buka mata.. wajah sosok cewek tadi berada persis didepan muka gue. Wajahnya hancur, penuh nanah membiru, giginya berantakan dan darah mengucur keluar dari dalamnya. Kaget setengah mati, pandangan gue langsung gelap.
Gue nyadar waktu udah rada siang, sebelahan sama Afif, dikelilingin sama semua panitia dan seorang ustad yang masang muka lega-nya. Dan kening gue berdarah.
Mereka cerita, gue sama Afif kesurupan. Dan yang lebih bikin kagetnya lagi, mereka bilang, gue sama Afif ngepraktekin adegan pembunuhan. Afif (yang sama-sama kesurupan) nganiaya gue yang lagi ‘dirasuki’, dan sepanjang adegan berlangsung, teriakan gue persis seperti cewek. Afif bertindak ngga perperikemanusiaan, badan gue biru-biru semua. Dan kata Eme, teriakan pertama gue “Aku hamil!” dengan lantang.
Akhirnya, setelah ngusut sana-sini sampe sore, ternyata emang dulu pernah ada yang meninggal di aula itu. Sebut aja namanya Arini. Dulu, semua orang taunya ia meninggal bunuh diri ngiris nadinya ditengah aula karena frustasi di hari-hari menuju ujian nasional. Tapi setelah dikasih ‘liat’ adegan aslinya, kami ngerti. Arini dihamili oleh penjaga sekolah di sekolah kami, dan saat si penjaga sekolah itu tau, ia ngebunuh Arini. Jasadnya ditinggalin di aula dengan keadaan nadi yang teriris. Keluarga Arini ngga mau masalah ini makin menjadi-jadi, sehingga mereka nolak kasus ini diusut oleh pihak yang berwajib. Bahkan si pembunuhpun ngga dicari. Keluarga ngga permasalahin ini, tapi Arini iya.
Mana mungkin ada yang rela dibunuh dengan ngga berperikemanusiaan kaya gitu? Apalagi saat mengandung seorang bayi.
Singkat cerita, kami berdoa, kemudian ngelanjutin gladiresik untuk prom night besok harinya. Puji Tuhan, acara berjalan lancar tanpa kendala satu apapun.
Malam hari setelah prom night selesai, samar-samar terdengar “Terima kasih”-nya Arini dari pojok aula. Merinding, tapi gue seneng.
Dari hari paling dalam, gue melaknat semua orang yang bertindak bego seperti itu. Dan gue berdoa, semoga Arini dan bayinya tenang disana. Aamiinn..
Tags: #horror#kisahnyata #Seram #kisahhorror
http://ceritahoror.com/prom-night-horor/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar